Hari itu,
sekitar awal bulan September 2012,
seperti biasa saya dan teman-teman ngobrol ngalor ngidul di BBM, mulai dari
bercanda ga jelas sampai ngobrolin rencana jalan-jalan.
“Pek, preian ono
rencana nang ndi awakmu?nang semeru yuk?” Cetus saya.
“Budal Dul,
tanggal 13 aku meluncur nang prob, parani nang stasiun yo”. Sahut Taufik
“Siap mad” jawab
aku
Sebelumnya saya sudah
pernah sih ke gunung Argopuro, Taman Hidup, Bromo dan Ijen tapi kan itu cuma bukan
gunung impian pendaki. Ketika ada kesempatan mendaki gunung Semeru, langsung
deh saya berangkat . Setelah itu saya BBM teman kantor saya.
“Nu, prei tengah
bulan aku nang semeru karo topek, awakmu melu opo enggak” tanya aku pada Inu.
“Melu aku Dul,
mumpung bojoku nang Banyuwangi hehehehehe” jawab Inu
“Ok. Budal
tanggal 14 bengi Nu, ketemuan ng terminal yo”
Satu hal paling
penting yang perlu disiapkan sebelum mendaki adalah fisik. Yap, mendaki gunung
bukanlah hal mudah, tapi perlu fisik yang sehat dan kuat. Untung sebelumnya
saya memang terbiasa untuk lari pagi setiap minggu. Tapi menjelang
keberangkatan ke Semeru, karena kesibukan kegiatan kantor, saya malah tidak
sempat dan malas untuk berolahraga. Tapi selama saya merasa sehat dan tidak
punya masalah serius dengan kesehatan, jadi perjalanan ke Semeru tetap
dilakukan. Yeah!
Tanggal 14 saya
berangkat bekerja sampai sore jam 5 saya menunggu Taufik yang berangkat dari
kota Brebes. Jam 5 pun lewat, Taufik keluar dari stasiun dengan tas ransel
80liter dan cengar cengir sambil memanggil “ Dul”. Tanpa basa basi saya dan
Taufik pulang ke rumah untuk istirahat sejenak, karena jam 8 malam kita
langsung menuju ranu pani.
Sesampainya
dirumah saya BBM inu untuk perlengkapan yang harus dibawa “Nu, perlengkapan
pribadi yang harus dibawa tas ransel, sepatu,sandal, jaket tebal, kerpus, kaos
tangan, kaos kaki, baju ganti, jas hujan, perlengkapan mandi, sarung dan
celana, engko budal jam 8, ojo telat ente Nu, tak enteni nang terminal” cetus
aq. “siap berow” jawab inu.
Jam 18:00 saya
dan Taufik prepare, mengecek kembali apa ada barang yang ketinggalan. Jam 19:30
kami berangkat ke terminal di anter oleh adik saya dan temannya, nyampe kota
kita belanja gas portable untuk memasak. Jam 19:45 saya dan Taufik sudah sampai
di terminal, sedangkan Inu masih dalam perjalanan dari jember ke probolinggo.
Taufik gelisah menunggu inu, karena kita bertiga tidak mempunyai tenda, untung
Taufik mempunyai kenalan anak Bali namanya Dewa yang ke Semeru juga, tapi
berangkat lebih awal dan sekarang sudah berada di Ranupani. Sudah pukul 20:00
tapi inu tidak datang. Rencana awal kami berangkat lewat jalur tengah ke
Ranupani yaitu lewat Bromo, jalur biasa yang digunakan adalah dari arah
lumajang-senduro-ranupani dan malang-tumpang-ranupani. Akhirnya Inu datang jam
21:00, dan rencana berangkat malampun tertunda karena transportasi ke Bromo
tidak ada. Akhirnya saya putuskan untuk
menginap di rumah teman saya di dekat terminal dan kita akan berangkat
jam 4 subuh ke bromo. Tapi kami bangun kesiangan dan Taufik marah karena kami
kesiangan, Taufik sudah berjanji sama Dewa untuk berangkat bersama dari pos
Ranupani. Tanggal 15 November jam 05:00 kami pun berangkat ke Bromo, sampai di
Bromo sekitar pukul 07:30. Sesampai di Bromo saya mulai menego harga jeep ke
Ranupani, setelah nego, harga ke Ranupani Rp100 ribu/orang, tanpa basa basi
kami pun langsung sepakat dan langsung berangkat ke Ranupani. Melewati padang
pasir bromo-savana bromo (padang teletubies) merupakan pemandangan yang luar
biasa. Tak terasa kamipun sampai di Ranupani jam 09:00.
Tanggal 15
November Perjalanan mendaki Gunung Semeru dimulai dari Pos Ranu Pane, di sana
kita harus mengurus perizinan. Setelah izin beres, kami memulai pendakian jam 10:00.
Awalnya sih treknya masih datar, ransel pun belum terasa berat, keringet belum
ngucur, jadi masih riang gembira memulai pendakian, hehe. Bulan November adalah
awal dari musim hujan di Indonesia. Saat kami baru mencapai pos 1, kami
istirahat sejenak. Nafas mulai terengah engah karena kurang persiapan,
istirahat hanya 10 menit dan kamipun melanjutkan perjalanan. Sampai pos 2 kami
break lagi untuk makan siang. Dari pos2 ke pos 3 trek mulai naik turun. Sampai di pos 3
kami kembali istirahat karena tepat di atas pos 3 tanjakan 70 derajat sudah
menunggu. Setalah melewati tanjakan pos 3 tiba-tiba cuaca yang awalnya cerah
berubah menjadi mendung dan gerimis Semakin sore hujan semakin lebat dan jalan
yang kami lalui menjadi becek, licin, dan berlumpur. Kondisi jalan yang licin
ini menyebabkan saya dan Inu terpeleset
dan jatuh ketika melewati jalan setapak setelah pos 3 dan turunan di pos 4.
Setelah 4 jam perjalanan akhirnya kami sampai juga di Ranu Kumbolo. Saya dan
Inu di belakang sedangkan Taufik berlari teriak “Bli Dewa” dan ternyata
teriakan pertama, Bli Dewa sudah menyahut “woooyyy”, ahh lega rasanya ketemu
Bli Dewa karena kita bisa tidur ditenda hehehehe. Suasana malam hari di Gunung
terasa sangat dingin, walau sudah pakai baju dan jaket tebal, kupluk, sarung,
kaos kaki dan tangan, tetap saja brrrr dingin.
Tanggal
16 November pagi hari kami bangun disambut oleh matahari yang memberi semburat
warna cantik di pinggir Danau Ranu Kumbolo. Salah satu pagi paling indah yang
pernah saya rasakan.
Setelah sarapan pagi, merapikan tenda dan barang
bawaan, kami pun melanjutkan perjalanan jam 09:00. Dimulai dengan mendaki
tanjakan cinta dan setelah itu kami disambut oleh savana cantik Oro-oro Ombo.
Cuaca pagi hari yang cerah sangat mendukung untuk berfoto-foto bersama, hehe
Rute
perjalanan hari ini adalah cemoro kandang-jambangan-kalimati turun naik
melewati hutan yang tidak terlalu lebat tapi sangat mungkin menyesatkan jika
kita tidak tahu jalan. Makanya berjalan bersama temen sekelompok sangat
penting, supaya tidak nyasar sendiri. Keegoisan kita diuji ketika mendaki
Gunung, apakah mau menunggu teman yang dibelakang atau meninggalkannya. Setelah
berjalan 5 jam, saya dan teman-teman sampai di Kali Mati. Rencana awal kita
akan mendirikan tenda disini, karena Kalimati sudah di “booking’ pendaki Avtech
maka kita meneruskan perjalanan ke Arcopodo. Track kali ini begitu berat karena
track tanjakan terus. Kaki mulai lelah untuk melangkah, nafas megap-megap
hehehe,saya dan Taufik jalan beriringan, Bli Dewa mendahului, Inu?? Dia masih
di belakang (maklum setelah nikah fisik Inu turun drastis karena perut mulai
membuncit) kekekeke. Persediaan air menipis untuk minum, apalagi memasak, mata
air terakhir ada di Sumber Mani 1 jam jalan kaki dari Kalimati. Terpaksa kita
mengirit air. Sekitar jam 15:00 kita sampai di Arcopodo. Inu belum sampai di
Arcopodo setengah jam kemudian dia nongol dengan nafas yang hampir habis
hehehehe. Jam 15:45 kami mendirikan
tenda, dan cuaca kembali mendung. Tak lama kemudian hujan kembali mengguyur
Arcopodo, Bli Dewa mempunyai ide untuk menadah air hujan untuk bekal muncak dan
masak. Setelah hujan reda kresek hitam besar untuk menadah air kami periksa dan
alhamdulilah air yang tertimbun
sangat banyak, cukup untuk bekal muncak dan turun. Setelah mendapatkan air kami
memulai memasak, setelah makan badan saya menggigil kedinginan karena suhu
udara di Arcopodo sangat ekstrim, muncul
firasat untuk tidak ikut muncak karena kalau dipaksa muncak dengan
kondisi yang tidak fit akibatnya fatal buat saya. Tapi saya tidak akan menyerah
dengan keadaan, persediaan obat masih ada, saya minum multivitamin dan tidur
lebih dahulu biar tubuh saya bisa fit kembali. Sekitar jam 23:45 saya terbangun
oleh suara pendaki lain yang mau menuju mahameru. Jam 23:50 kita prepare, semua
perlengkapan kita tinggalkan di tenda, kami dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok
1 saya dan Bli Dewa dan kelompok 2 Taufik dengan Inu, bekal yang kami bawa
hanya 1 botol air dan buah apel buat bekal agar tidak kelaparan di puncak. Tanggal
17 November jam 00:05 kita berangkat dari arcopodo menuju puncak. Sebelum
memulai perjalanan kita sempatkan untuk berdoa terlebih dahulu memohon
keselamatan agar perjalanan kita ke puncak aman dan bisa kembali dengan
selamat. Dengan bantuan headlamp dan senter kami memulai perjalanan
mengikuti jalan setapak yang ada. Setengah jam perjalanan kami tiba di Cemoro
Tunggal. Perjalanan ke puncak sangat padat dan ramai oleh para pendaki. Kita
berjalan sangat rapat dan bahkan harus antri untuk mendaki. Pemandangan antrian
para pendaki dengan senter dan headlamp memberikan kesan jalur pendakian
seperti lampu jalan tol yang panjang.
Langkah
demi langkah ku lalui hingga tanpa terasa telah tiba sampai di batas hutan
dengan pasir dan batu batu. Di sini demam yang dari kemarin menyerang sudah
bertambah parah dan akhirnya aku pun memutuskan untuk berjalan lambat di
belakang Bli Dewa. Sempat berpikir untuk turun kembali, tetapi niat dan
kebulatan tekad untuk mencapai puncak yang membuat saya untuk tetap bertahan,
selangkah demi selangkah untuk mencapai puncak.
Di
tengah perjalanan kami disuguhkan pemandangan yang luar biasa menakjubkan. Kelap-kelip
bintang dan kota malang sangat jelas dan yang luar biasa indahnya. Pemandangan
ini benar benar kembali memompa semangat diriku untuk terus berjalan. Medan
berpasir ini memang menjadi medan yang paling terberat untuk mendaki. Karena
sulitnya kaki berpijak untuk mendorong naik badan kita. Naik selangkah turun
lagi setengah, naik selangkah turun lagi setengah, begitu terus berulang-ulang.
Sungguh sangat menguras tenaga. Saya mulai melihat banyak pendaki lain yang
menyerah dan memutuskan untuk turun kembali.
Jalan menuju Puncak Mahameru juga susah dan
perlu perjuangan gigih karena berpasir. Perlahan tapi pasti Puncak Mahameru
terlihat semakin dekat. Dengan sisa tenaga yang ada, kupaksa badan buat terus
bergerak, selangkah dua langkah tiga langkah dan akhrnya sampai langkah
terakhir kaki ini berhasil menginjak Puncak Mahameru dengan ketinggian 3.676 mdpl
tepat jam 04:30. Alhamdulillah, Setibanya di puncak, saya langsung
berjalan mencari Bli Dewa yang telah terlebih dahulu tiba di puncak. Tiba tiba
terdengar suara laki-laki, dan tentu saja suaranya sudah begitu familiar bagi
telingaku. Yap, suara itu adalah suara Taufik, saya pun segera menghampiri dan
kita saling bersuka cita untuk merayakan keberhasilan mencapai puncak. Alhamdulillah
yang sekali lagi terucap. Inu dimana?dia masih di belakang, Setelah
mengabadikan momen momen indah di puncak kami pun harus segera turun
Jam sudah
menunjukkan pukul 07:00 . 15 menit perjalan turun saya bertemu dengan Inu yang
terus melanjutkan perjalanan kepuncak sendirian. Perjalanan turun pun tidak
kalah melelahkan bagiku. Walaupun jalan menurun, tetap saja membuatku harus
berkali kali berhenti untuk beristirahat. Fisikku memang sudah drop dan
tenaga sudah hampir habis untuk perjalanan naik tadi. Dua jam lebih perjalanan turun saya untuk bisa
sampai di Arcopodo. Di Arcopodo kami pun menunggu Inu yang turun dari mahameru
sambil bersantap siang dan beristirahat sejenak sebelum packing dan
kembali melanjutkan perjalanan turun ke Ranukumbolo.
Pukul 11 :00 kita
memulai perjalanan turun. Udara yang sejuk mengiringi perjalanan turun kami ke
Ranu Kumbolo. Dan tepat sebelum jam 16.00 kami tiba di Ranukumbolo. Malam
terakhir di Gunung Semeru kita lewati dengan bermalam di ranukumbolo. Makan
malam terakhir disini cukup nikmat dengan hidangan sarden dan sup yang bisa
menghilangkan rasa lapar dan menghangatkan badan kami.
Puas dengan
makan malam, kami pun bersantai menikmati suasana malam Ranu Kumbolo.
Sebenernya ingin lebih lama lagi terbangun untuk menikmati pemandangan bintang
bintang Ranu Kumbolo, tetapi karena memang badan saya terasa teramat capai dan
mata yang mulai terserang kantuk, segera kubergegas mengambil sarung dan
perlengkapan tidur lainnya
Suara-suara para
pendaki sudah terdengar ramai ketika aku terbangun dan melihat jam, ternyata
sudah tanggal 18 November jam 05.00 subuh..
Segera kami
memasak dan packing, karena kami harus sudah tiba di Ranupani sebelum
siang hari. Setelah semuanya rapi dan siap, kami pun berjalan meninggalkan Ranu
Kumbolo. Sekitar jam 14:00 kami sudah sampai di desa Ranupani.
Saya dan Taufik
melapor ke pos pendakian, sedangkan Inu?masih dibelakang. Bli Dewa menego harga
jeep untuk perjalanan pulang. Untuk pulang rute yang kami lewati adalah
tumpang malang. Perjalanan pulang
selebihnya saya isi dengan tidur. Memang badan ini sudah terasa terlampau
lelah. Hingga kemudian, minggu malam 18 November 2012 pukul 23.00 WIB, saya
mendarat kembali di Probolinggo. Dan seperti gunung gunung yang sudah pernah
saya daki, saya pun berdoa semoga bisa kembali lagi ke Gunung Semeru