Rabu, 15 Januari 2014

Semangat menuju Mahameru



Hari itu, sekitar awal bulan September  2012, seperti biasa saya dan teman-teman ngobrol ngalor ngidul di BBM, mulai dari bercanda ga jelas sampai ngobrolin rencana jalan-jalan.
“Pek, preian ono rencana nang ndi awakmu?nang semeru yuk?” Cetus saya.
“Budal Dul, tanggal 13 aku meluncur nang prob, parani nang stasiun yo”. Sahut Taufik
“Siap mad” jawab aku
Sebelumnya saya sudah pernah sih ke gunung Argopuro, Taman Hidup, Bromo dan Ijen tapi kan itu cuma bukan gunung impian pendaki. Ketika ada kesempatan mendaki gunung Semeru, langsung deh saya berangkat . Setelah itu saya BBM teman kantor saya.
“Nu, prei tengah bulan aku nang semeru karo topek, awakmu melu opo enggak” tanya aku pada Inu.
“Melu aku Dul, mumpung bojoku nang Banyuwangi hehehehehe” jawab Inu
“Ok. Budal tanggal 14 bengi Nu, ketemuan ng terminal yo”
Satu hal paling penting yang perlu disiapkan sebelum mendaki adalah fisik. Yap, mendaki gunung bukanlah hal mudah, tapi perlu fisik yang sehat dan kuat. Untung sebelumnya saya memang terbiasa untuk lari pagi setiap minggu. Tapi menjelang keberangkatan ke Semeru, karena kesibukan kegiatan kantor, saya malah tidak sempat dan malas untuk berolahraga. Tapi selama saya merasa sehat dan tidak punya masalah serius dengan kesehatan, jadi perjalanan ke Semeru tetap dilakukan. Yeah!
Tanggal 14 saya berangkat bekerja sampai sore jam 5 saya menunggu Taufik yang berangkat dari kota Brebes. Jam 5 pun lewat, Taufik keluar dari stasiun dengan tas ransel 80liter dan cengar cengir sambil memanggil “ Dul”. Tanpa basa basi saya dan Taufik pulang ke rumah untuk istirahat sejenak, karena jam 8 malam kita langsung menuju ranu pani.
Sesampainya dirumah saya BBM inu untuk perlengkapan yang harus dibawa “Nu, perlengkapan pribadi yang harus dibawa tas ransel, sepatu,sandal, jaket tebal, kerpus, kaos tangan, kaos kaki, baju ganti, jas hujan, perlengkapan mandi, sarung dan celana, engko budal jam 8, ojo telat ente Nu, tak enteni nang terminal” cetus aq. “siap berow” jawab inu.
Jam 18:00 saya dan Taufik prepare, mengecek kembali apa ada barang yang ketinggalan. Jam 19:30 kami berangkat ke terminal di anter oleh adik saya dan temannya, nyampe kota kita belanja gas portable untuk memasak. Jam 19:45 saya dan Taufik sudah sampai di terminal, sedangkan Inu masih dalam perjalanan dari jember ke probolinggo. Taufik gelisah menunggu inu, karena kita bertiga tidak mempunyai tenda, untung Taufik mempunyai kenalan anak Bali namanya Dewa yang ke Semeru juga, tapi berangkat lebih awal dan sekarang sudah berada di Ranupani. Sudah pukul 20:00 tapi inu tidak datang. Rencana awal kami berangkat lewat jalur tengah ke Ranupani yaitu lewat Bromo, jalur biasa yang digunakan adalah dari arah lumajang-senduro-ranupani dan malang-tumpang-ranupani. Akhirnya Inu datang jam 21:00, dan rencana berangkat malampun tertunda karena transportasi ke Bromo tidak ada. Akhirnya saya putuskan untuk  menginap di rumah teman saya di dekat terminal dan kita akan berangkat jam 4 subuh ke bromo. Tapi kami bangun kesiangan dan Taufik marah karena kami kesiangan, Taufik sudah berjanji sama Dewa untuk berangkat bersama dari pos Ranupani. Tanggal 15 November jam 05:00 kami pun berangkat ke Bromo, sampai di Bromo sekitar pukul 07:30. Sesampai di Bromo saya mulai menego harga jeep ke Ranupani, setelah nego, harga ke Ranupani Rp100 ribu/orang, tanpa basa basi kami pun langsung sepakat dan langsung berangkat ke Ranupani. Melewati padang pasir bromo-savana bromo (padang teletubies) merupakan pemandangan yang luar biasa. Tak terasa kamipun sampai di Ranupani jam 09:00.
Tanggal 15 November Perjalanan mendaki Gunung Semeru dimulai dari Pos Ranu Pane, di sana kita harus mengurus perizinan. Setelah izin beres, kami memulai pendakian jam 10:00. Awalnya sih treknya masih datar, ransel pun belum terasa berat, keringet belum ngucur, jadi masih riang gembira memulai pendakian, hehe. Bulan November adalah awal dari musim hujan di Indonesia. Saat kami baru mencapai pos 1, kami istirahat sejenak. Nafas mulai terengah engah karena kurang persiapan, istirahat hanya 10 menit dan kamipun melanjutkan perjalanan. Sampai pos 2 kami break lagi untuk makan siang. Dari pos2 ke  pos 3 trek mulai naik turun. Sampai di pos 3 kami kembali istirahat karena tepat di atas pos 3 tanjakan 70 derajat sudah menunggu. Setalah melewati tanjakan pos 3 tiba-tiba cuaca yang awalnya cerah berubah menjadi mendung dan gerimis Semakin sore hujan semakin lebat dan jalan yang kami lalui menjadi becek, licin, dan berlumpur. Kondisi jalan yang licin ini menyebabkan saya dan Inu  terpeleset dan jatuh ketika melewati jalan setapak setelah pos 3 dan turunan di pos 4. Setelah 4 jam perjalanan akhirnya kami sampai juga di Ranu Kumbolo. Saya dan Inu di belakang sedangkan Taufik berlari teriak “Bli Dewa” dan ternyata teriakan pertama, Bli Dewa sudah menyahut “woooyyy”, ahh lega rasanya ketemu Bli Dewa karena kita bisa tidur ditenda hehehehe. Suasana malam hari di Gunung terasa sangat dingin, walau sudah pakai baju dan jaket tebal, kupluk, sarung, kaos kaki dan tangan, tetap saja brrrr dingin.
Tanggal 16 November pagi hari kami bangun disambut oleh matahari yang memberi semburat warna cantik di pinggir Danau Ranu Kumbolo. Salah satu pagi paling indah yang pernah saya rasakan. 





Setelah sarapan pagi, merapikan tenda dan barang bawaan, kami pun melanjutkan perjalanan jam 09:00. Dimulai dengan mendaki tanjakan cinta dan setelah itu kami disambut oleh savana cantik Oro-oro Ombo. Cuaca pagi hari yang cerah sangat mendukung untuk berfoto-foto bersama, hehe

Rute perjalanan hari ini adalah cemoro kandang-jambangan-kalimati turun naik melewati hutan yang tidak terlalu lebat tapi sangat mungkin menyesatkan jika kita tidak tahu jalan. Makanya berjalan bersama temen sekelompok sangat penting, supaya tidak nyasar sendiri. Keegoisan kita diuji ketika mendaki Gunung, apakah mau menunggu teman yang dibelakang atau meninggalkannya. Setelah berjalan 5 jam, saya dan teman-teman sampai di Kali Mati. Rencana awal kita akan mendirikan tenda disini, karena Kalimati sudah di “booking’ pendaki Avtech maka kita meneruskan perjalanan ke Arcopodo. Track kali ini begitu berat karena track tanjakan terus. Kaki mulai lelah untuk melangkah, nafas megap-megap hehehe,saya dan Taufik jalan beriringan, Bli Dewa mendahului, Inu?? Dia masih di belakang (maklum setelah nikah fisik Inu turun drastis karena perut mulai membuncit) kekekeke. Persediaan air menipis untuk minum, apalagi memasak, mata air terakhir ada di Sumber Mani 1 jam jalan kaki dari Kalimati. Terpaksa kita mengirit air. Sekitar jam 15:00 kita sampai di Arcopodo. Inu belum sampai di Arcopodo setengah jam kemudian dia nongol dengan nafas yang hampir habis hehehehe. Jam 15:45 kami mendirikan tenda, dan cuaca kembali mendung. Tak lama kemudian hujan kembali mengguyur Arcopodo, Bli Dewa mempunyai ide untuk menadah air hujan untuk bekal muncak dan masak. Setelah hujan reda kresek hitam besar untuk menadah air kami periksa dan alhamdulilah air yang tertimbun sangat banyak, cukup untuk bekal muncak dan turun. Setelah mendapatkan air kami memulai memasak, setelah makan badan saya menggigil kedinginan karena suhu udara di Arcopodo sangat ekstrim, muncul  firasat untuk tidak ikut muncak karena kalau dipaksa muncak dengan kondisi yang tidak fit akibatnya fatal buat saya. Tapi saya tidak akan menyerah dengan keadaan, persediaan obat masih ada, saya minum multivitamin dan tidur lebih dahulu biar tubuh saya bisa fit kembali. Sekitar jam 23:45 saya terbangun oleh suara pendaki lain yang mau menuju mahameru. Jam 23:50 kita prepare, semua perlengkapan kita tinggalkan di tenda, kami dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok 1 saya dan Bli Dewa dan kelompok 2 Taufik dengan Inu, bekal yang kami bawa hanya 1 botol air dan buah apel buat bekal agar tidak kelaparan di puncak. Tanggal 17 November jam 00:05 kita berangkat dari arcopodo menuju puncak. Sebelum memulai perjalanan kita sempatkan untuk berdoa terlebih dahulu memohon keselamatan agar perjalanan kita ke puncak aman dan bisa kembali dengan selamat. Dengan bantuan headlamp dan senter kami memulai perjalanan mengikuti jalan setapak yang ada. Setengah jam perjalanan kami tiba di Cemoro Tunggal. Perjalanan ke puncak sangat padat dan ramai oleh para pendaki. Kita berjalan sangat rapat dan bahkan harus antri untuk mendaki. Pemandangan antrian para pendaki dengan senter dan headlamp memberikan kesan jalur pendakian seperti lampu jalan tol yang panjang.
Langkah demi langkah ku lalui hingga tanpa terasa telah tiba sampai di batas hutan dengan pasir dan batu batu. Di sini demam yang dari kemarin menyerang sudah bertambah parah dan akhirnya aku pun memutuskan untuk berjalan lambat di belakang Bli Dewa. Sempat berpikir untuk turun kembali, tetapi niat dan kebulatan tekad untuk mencapai puncak yang membuat saya untuk tetap bertahan, selangkah demi selangkah untuk mencapai puncak.
Di tengah perjalanan kami disuguhkan pemandangan yang luar biasa menakjubkan. Kelap-kelip bintang dan kota malang sangat jelas dan yang luar biasa indahnya. Pemandangan ini benar benar kembali memompa semangat diriku untuk terus berjalan. Medan berpasir ini memang menjadi medan yang paling terberat untuk mendaki. Karena sulitnya kaki berpijak untuk mendorong naik badan kita. Naik selangkah turun lagi setengah, naik selangkah turun lagi setengah, begitu terus berulang-ulang. Sungguh sangat menguras tenaga. Saya mulai melihat banyak pendaki lain yang menyerah dan memutuskan untuk turun kembali.
Jalan menuju Puncak Mahameru juga susah dan perlu perjuangan gigih karena berpasir. Perlahan tapi pasti Puncak Mahameru terlihat semakin dekat. Dengan sisa tenaga yang ada, kupaksa badan buat terus bergerak, selangkah dua langkah tiga langkah dan akhrnya sampai langkah terakhir kaki ini berhasil menginjak Puncak Mahameru dengan ketinggian 3.676 mdpl tepat jam 04:30. Alhamdulillah, Setibanya di puncak, saya langsung berjalan mencari Bli Dewa yang telah terlebih dahulu tiba di puncak. Tiba tiba terdengar suara laki-laki, dan tentu saja suaranya sudah begitu familiar bagi telingaku. Yap, suara itu adalah suara Taufik, saya pun segera menghampiri dan kita saling bersuka cita untuk merayakan keberhasilan mencapai puncak. Alhamdulillah yang sekali lagi terucap. Inu dimana?dia masih di belakang, Setelah mengabadikan momen momen indah di puncak kami pun harus segera turun
Jam sudah menunjukkan pukul 07:00 . 15 menit perjalan turun saya bertemu dengan Inu yang terus melanjutkan perjalanan kepuncak sendirian. Perjalanan turun pun tidak kalah melelahkan bagiku. Walaupun jalan menurun, tetap saja membuatku harus berkali kali berhenti untuk beristirahat. Fisikku memang sudah drop dan tenaga sudah hampir habis untuk perjalanan naik tadi. Dua  jam lebih perjalanan turun saya untuk bisa sampai di Arcopodo. Di Arcopodo kami pun menunggu Inu yang turun dari mahameru sambil bersantap siang dan beristirahat sejenak sebelum packing dan kembali melanjutkan perjalanan turun ke Ranukumbolo.
Pukul 11 :00 kita memulai perjalanan turun. Udara yang sejuk mengiringi perjalanan turun kami ke Ranu Kumbolo. Dan tepat sebelum jam 16.00 kami tiba di Ranukumbolo. Malam terakhir di Gunung Semeru kita lewati dengan bermalam di ranukumbolo. Makan malam terakhir disini cukup nikmat dengan hidangan sarden dan sup yang bisa menghilangkan rasa lapar dan menghangatkan badan kami.
Puas dengan makan malam, kami pun bersantai menikmati suasana malam Ranu Kumbolo. Sebenernya ingin lebih lama lagi terbangun untuk menikmati pemandangan bintang bintang Ranu Kumbolo, tetapi karena memang badan saya terasa teramat capai dan mata yang mulai terserang kantuk, segera kubergegas mengambil sarung dan perlengkapan tidur lainnya
Suara-suara para pendaki sudah terdengar ramai ketika aku terbangun dan melihat jam, ternyata sudah tanggal 18 November jam 05.00 subuh..
Segera kami memasak dan packing, karena kami harus sudah tiba di Ranupani sebelum siang hari. Setelah semuanya rapi dan siap, kami pun berjalan meninggalkan Ranu Kumbolo. Sekitar jam 14:00 kami sudah sampai di desa Ranupani.
Saya dan Taufik melapor ke pos pendakian, sedangkan Inu?masih dibelakang. Bli Dewa menego harga jeep untuk perjalanan pulang. Untuk pulang rute yang kami lewati adalah tumpang  malang. Perjalanan pulang selebihnya saya isi dengan tidur. Memang badan ini sudah terasa terlampau lelah. Hingga kemudian, minggu malam 18 November 2012 pukul 23.00 WIB, saya mendarat kembali di Probolinggo. Dan seperti gunung gunung yang sudah pernah saya daki, saya pun berdoa semoga bisa kembali lagi ke Gunung Semeru